1. Meningkatnya kesadaran lingkungan mendorong perubahan permintaan konsumen
Ketika masalah perubahan iklim global dan polusi plastik menjadi semakin serius, kesadaran masyarakat terhadap perlindungan lingkungan meningkat secara signifikan. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, masalah polusi plastik di seluruh dunia telah menarik perhatian luas. Sampah plastik terakumulasi dalam jumlah besar di lautan dan tanah sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem bahkan berdampak pada kesehatan manusia. Dengan latar belakang ini, penerimaan konsumen terhadap produk plastik, khususnya bahan kemasan plastik sekali pakai, secara bertahap menurun, dan mereka semakin cenderung memilih solusi pengemasan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Film Kemasan Beku adalah bahan kemasan plastik yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan potensi dampaknya terhadap lingkungan telah banyak dibahas. Konsumen tidak hanya memperhatikan tampilan dan fungsi film kemasan, tetapi juga mulai memperhatikan apakah film tersebut memenuhi standar perlindungan lingkungan dan apakah dapat didaur ulang secara efektif, terdegradasi, atau menghindari pencemaran lingkungan setelah dibuang. Oleh karena itu, ketika membeli makanan beku, banyak konsumen yang mengutamakan merek dan produk yang menggunakan film kemasan ramah lingkungan.
2. Munculnya bahan-bahan yang mudah terurai dan berbasis bio
Menanggapi masalah lingkungan dari kemasan plastik tradisional, banyak produsen mulai beralih ke bahan yang dapat terurai dan plastik berbasis bio, terutama dalam produksi Film Kemasan Beku. Bahan kemasan biodegradable dapat dengan cepat terurai di lingkungan alami, sehingga mengurangi dampak jangka panjang pencemaran plastik terhadap lingkungan. Konsumen semakin menyukai film kemasan beku yang terbuat dari bahan yang dapat terurai secara hayati atau bahan nabati. Bahan-bahan tersebut biasanya diekstraksi dari tumbuhan alami seperti jagung, tebu, dan pulp kayu. Mereka dapat terurai menjadi air, karbon dioksida, dan biomassa dalam kondisi yang sesuai, sehingga mengurangi jumlah plastik. beban jangka panjang terhadap lingkungan ekologis.
Misalnya, beberapa perusahaan sudah mulai menggunakan bahan asam polilaktat (PLA) untuk memproduksi film kemasan freezer. PLA adalah plastik berbasis bio yang dihasilkan dari sumber daya terbarukan (seperti tepung jagung atau tebu). Ini memiliki daya terurai yang baik dan memenuhi harapan banyak konsumen akan kemasan ramah lingkungan. Bahan-bahan tersebut tidak hanya efektif mengurangi penggunaan plastik, namun juga mengurangi emisi karbon yang disebabkan oleh proses penyulingan minyak.
Plastik biodegradable dan film kemasan biodegradable juga menghadapi beberapa tantangan, terutama kinerjanya di lingkungan beku. Karena makanan beku memerlukan bahan kemasan yang lebih kuat dan tahan lembab di lingkungan bersuhu rendah, cara memastikan bahwa bahan berbasis bio atau bahan yang dapat terurai ini tidak kehilangan fungsi perlindungan aslinya selama proses pembekuan masih menjadi masalah utama dalam penelitian dan pengembangan dan produksi.
3. Persyaratan daur ulang dan daur ulang
Selain film kemasan yang mudah terurai, konsumen juga semakin memperhatikan daur ulang bahan kemasan. Film kemasan freezer plastik tradisional sering kali menjadi limbah sekali pakai setelah digunakan dan tidak dapat didaur ulang secara efektif, sehingga semakin memperburuk tekanan polusi plastik. Menanggapi masalah ini, banyak konsumen berharap film kemasan beku dapat menggunakan bahan yang dapat didaur ulang, yang dapat masuk kembali ke rantai produksi melalui sistem daur ulang, sehingga mengurangi limbah sumber daya.
Saat ini, beberapa produsen sudah mulai menggunakan film kemasan bahan tunggal. Film semacam itu mudah didaur ulang dan menghindari masalah bahwa film kemasan komposit dari berbagai bahan berbeda tidak dapat didaur ulang secara efektif. Misalnya, bahan seperti polietilen (PE) dan polietilen tereftalat (PET) banyak digunakan dalam film kemasan freezer. Bahan-bahan tersebut tidak hanya melindungi makanan secara efektif, namun juga dapat digunakan kembali melalui jalur daur ulang yang sesuai. Konsumen telah menunjukkan preferensi yang kuat terhadap bahan film kemasan freezer yang sangat mudah didaur ulang ini.
Perusahaan juga mempromosikan model "ekonomi sirkular", dan semakin banyak produsen film kemasan beku mulai berpartisipasi dalam program daur ulang untuk mendukung daur ulang dan penggunaan kembali kemasan serta mengurangi produksi sampah plastik. Beberapa merek bahkan telah mengadopsi mekanisme insentif daur ulang untuk mendorong konsumen mengembalikan film kemasan bekas ke produsen dan berpartisipasi dalam daur ulang sumber daya.
4. Pengawasan dan standarisasi kemasan ramah lingkungan
Ketika masalah perlindungan lingkungan menjadi semakin parah, badan pengatur di seluruh dunia mulai memperkuat pengelolaan kemasan plastik. Uni Eropa telah menerapkan peraturan kemasan plastik yang ketat, mewajibkan bahan kemasan memenuhi standar lingkungan tertentu, dan mendorong penggunaan bahan kemasan yang mudah terurai dan dapat didaur ulang. Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara lain juga telah memperkenalkan undang-undang yang relevan satu demi satu, dengan mengedepankan persyaratan yang jelas untuk perlindungan lingkungan terhadap bahan kemasan makanan.
Pemberlakuan kebijakan ini tidak hanya mengatur perilaku produksi perusahaan, namun juga mencerminkan meningkatnya penekanan konsumen terhadap kemasan ramah lingkungan. Untuk memenuhi persyaratan peraturan tersebut, merek dan produsen besar juga mulai lebih memperhatikan penelitian dan pengembangan serta produksi kemasan ramah lingkungan untuk memastikan produknya dapat memenuhi permintaan pasar.
5. Transparansi merek dan kepedulian konsumen terhadap tanggung jawab perusahaan
Dengan semakin banyaknya konsumen yang memperhatikan isu lingkungan, banyak konsumen yang berharap produk yang mereka beli tidak hanya ramah lingkungan dalam kemasannya saja, namun juga mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam proses produksinya. Konsumen tidak hanya memperhatikan fungsi dan keamanan film kemasan beku, tetapi juga peduli apakah perusahaan mengikuti standar perlindungan lingkungan selama proses produksi, menggunakan bahan baku berkelanjutan, dan berpartisipasi dalam tindakan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Banyak merek mulai secara terbuka dan transparan menampilkan inisiatif perlindungan lingkungan mereka, memberikan informasi seperti sumber bahan kemasan, proses produksi dan kebijakan daur ulang, untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Merek dapat membuktikan investasi dan komitmen mereka terhadap perlindungan lingkungan kepada konsumen melalui sertifikasi lingkungan, pelabelan ramah lingkungan, dll., sehingga memenangkan hati konsumen yang lebih sadar lingkungan.